Pemilu dari Masa ke Masa

Suasana Pengambilan Nomor Urut Partai Politik untuk Pemilu 2019 di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu (18/2/2018). Empatbelas partai politik (parpol) nasional dan empat partai politik lokal Aceh lolos verifikasi faktual untuk mengikuti Pemilu 2019.

JAKARTA, KOMPAS.com – Pesta demokrasi lima tahunan, pemilihan umum ( pemilu), menjadi perhelatan politik yang selalu menimbulkan gegap gempita. Dengan segala cerita dan keriuhannya. Indonesia telah 11 kali menyelenggarakan pemilu. Pemilu pertama digelar pada era Presiden Soekarno pada tahun 1955. Jumlah partai politik yang menjadi peserta pemilu juga berbeda dari satu pemilu ke pemilu berikutnya. Pada 1955, jumlah partai politik peserta pemilu mencapai 172 partai.

Berikut perjalanan pemilu di Indonesia dari masa ke masa :

Pemilu 1955

Diikuti oleh 172 parpol dengan 15 daerah pemilihan dan jumlah pemilih sekitar 43 juta orang.
Berdasarkan data Litbang Kompas, kursi yang diperebutkan sebanyak 257 kursi DPR. Perolehan suara didominasi oleh empat partai besar yakni:
1. Partai Nasionalis Indonesia (PNI)
2. Masyumi
3. Nahdlatul Ulama
4. Partai Komunias Indonesia

Pemilu 1971

Pemilu 1971 pada era Presiden Soeharto diikuti oleh 10 parpol yaitu:
1. Partai Katolik
2. Partai Syarikat Islam Indonesia
3. Partai Nahdlatul Ulama
4. Partai Muslimin Indonesia (Parmusi)
5. Golongan Karya
6. Partai Kristen Indonesia
7. Partai Musyawarah Rakyat Banyak
8. Partai Nasional Indonesia
9. Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti)
10.Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia.

Beberapa parpol yang ikut pada Pemilu 1955 tak lagi ikut serta karena telah dibubarkan, seperti Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Sosialis Indonesia (PSI), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Golkar menang dengan mengantongi 62,8 persen suara (236 kursi DPR). Kemudian, disusul Nahdlatul Ulama (NU) dengan 18,6 persen suara (58 kursi); Parmusi 5,3 persen suara (24 kursi); Partai Nasionalis Indonesia (PNI) dengan 6,9 persen suara (20 kursi), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dengan 2,3 persen suara (10 kursi). Ada 26 daerah pemilihan pada Pemilu 1971 dengan jumlah pemilih sekitar 58 juta.

Pemilu 1977-1997

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar, maka jumlah parpol peserta pemilu menjadi lebih sedikit. Pada Pemilu 1977-1997 jumlah parpol peserta pemilu hanya tiga yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrasi Indonesia, dan Golkar. Pemilu 1977-1997 berlangsung di era Presiden Soeharto untuk memilih anggota legislastif. Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR. Golkar bersama Soeharto selalu keluar sebagai pemenang dalam pemilu pada 1977-1997.

Pemilu 1999

Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama di era reformasi, setelah era Orde Baru berakhir.
Dengan semangat partisipasi politik masyarakat yang menggebu-gebu, jumlah parpol peserta pemilu meningkat hingga mencapai 48 partai. Pemilu 1999 memilih anggota DPR/MPR. Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh anggota MPR. Dari 48 partai yang berkontestasi, hanya 21 partai yang mendapatkan kursi di DPR. PDI-P keluar sebagai pemenang dengan perolehan 33,74 persen suara. Sementara itu, Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih adalah Ketua Dewan Syuro PKB Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Partai Peserta Pemilu 1999 yakni: Partai Indonesia Baru, Partai Kristen Nasional Indonesia, Partai Nasional Indonesia Supeni, Partai Aliansi Demokrat Indonesia, Partai Kebangkitan Muslim Indonesia, Partai Umat Islam, Partai Kebangkitan Umat, Partai Masyumi Baru, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Syarikat Islam Indonesia, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Abul Yatama, Partai Kebangsaan Merdeka, Partai Demokrasi Kasih Bangsa, Partai Amanat Nasional, Partai Rakyat Demokratik, Partai Syarikat Islam Indonesia 1905, Partai Katolik Demokrat, Partai Pilihan Rakyat, Partai Rakyat Indonesia, Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, Partai Bulan Bintang, Partai Solidaritas Pekerja, Partai Keadilan, Partai Nahdlatul Umat, Partai Nasional Indonesia – Front Marhaenis, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Republik, Partai Islam Demokrat, Partai Nasional Indonesia – Massa Marhaen, Partai Musyawarah Rakyat Banyak, Partai Demokrasi Indonesia, Partai Golongan Karya, Partai Persatuan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Uni Demokrasi Indonesia, Partai Buruh Nasional, Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong, Partai Daulat Rakyat, Partai Cinta Damai, Partai Keadilan dan Persatuan, Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia, Partai Nasional Bangsa Indonesia, Partai Bhineka Tunggal Ika Indonesia, Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia, Partai Nasional Demokrat, Partai Umat Muslimin Indonesia, Partai Pekerja Indonesia.

Pemilu 2004

Pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai partai.
Untuk pertama kalinya pula, Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung pada pesta demokrasi 2004. Susilo Bambang Yudhyono-Jusuf Kalla terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Sementara itu, untuk legislatif, Golkar keluar sebagai pemenang dengan raihan suara 21,58 persen. Pemilu 2004 memberlakukan sistem electoral threshold sebesar tiga persen perolehan suara Pemilu 1999. Beberapa partai yang pada Pemilu 1999 tak mencapai perolehan suara tiga persen kemudian berganti nama untuk bisa mengikuti Pemilu 2004. Salah satunya, Partai Keadilan yang berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera.

Partai peserta Pemilu 2004 yakni: PDI-P, PPP, PKB, Golkar, PAN, PBB, PKS, Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, Partai Buruh Sosial Demokrat, Partai Merdeka, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan, Partai Perhimpunan Indonesia Baru, Partai Nasional Banteng Kemerdekaan, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia, Partai Karya Peduli Bangsa, Partai Bintang Reformasi, Partai Damai Sejahtera, Partai Patriot Pancasila, Partai Sarikat Indonesia, Partai Persatuan Daerah, Partai Pelopor.

Pemilu 2009

Pemilu 2009 diikuti oleh 38 partai politik.
Ketentuan electoral threshold pada pemilu sebelumnya dihapus dan diganti dengan parliamentary threshold sebesar 2,5 persen. Dari 38 partai, hanya 9 yang lolos parliamentary threshold dan berhak mendapat kursi di DPR yakni Demokrat dengan 21.703.137 suara atau 20,85 persen; Golkar dengan 15.037.757 suara atau 14,45 persen; dan PDI-P dengan 14.600.091 suara atau 14,03 persen. Posisi keempat hingga keenam ditempati PKS dengan 8.206.955 suara atau 7,88 persen; PAN dengan 6.254.580 suara atau 6,01 persen, dan PPP dengan 5.533.214 suara atau 5,32 persen. Selanjutnya, posisi ketujuh hingga kesembilan adalah PKB dengan 5.146.122 atau 4,94 persen; Gerindra dengan 4.646.406 suara atau 4,46 persen, dan terakhir Hanura dengan 3.922.870 suara atau 3,77 persen. Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih pada Pemilu 2009 adalah Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono.

Pemilu 2014

Pemilu 2014 diikuti oleh 12 partai yakni PDI-P, Golkar, Demokrat, PKB, PPP, PAN, PKS, Gerindra, Hanura, Nasdem, PBB, dan PKPI.
Dari 12 partai itu, hanya 10 partai yang memenuhi parliamentary threshold sebesar 3,5 persen perolehan suara. Kesepuluh partai yang melenggang ke DPR adalah PDI Perjuangan (18,95 persen), Golkar (14,75 persen), Gerindra (11,81 persen), Demokrat (10,19 persen), PKB (9,04 persen), PAN (7,59 persen), PKS (6,79 persen), Nasdem (6,72 persen) PPP (6,53 persen), Hanura (5,26 persen). Sementara itu, Joko Widodo dan Jusuf Kalla terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilihan Presiden 2014.

Pemilu 2019

Pemilu 2019 akan diikuti oleh 16 partai politik nasional dan 4 partai politik lokal Aceh.
Penetapan nomor urut peserta Pemilu telah digelar KPU pada Minggu (18/2/2018).

Nomor urut parpol peserta Pemilu 2019.

Berikut adalah partai politik peserta Pemilu 2019:
1. Partai Kebangkitan Bangsa
2. Partai Gerindra
3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
4. Partai Golkar
5. Partai Nasdem
6. Partai Garuda
7. Partai Berkarya
8. Partai Keadilan Sejahtera
9. Partai Perindo
10. Partai Persatuan Pembangunan
11. Partai Solidaritas Indonesia
12. Partai Amanat Nasional
13. Partai Hanura
14. Partai Demokrat
15. Partai Bulan Bintang
16. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Partai Politik yang Bertarung di Pemilu dari Masa ke Masa”, https://nasional.kompas.com/read/2018/02/20/13275281/partai-politik-yang-bertarung-di-pemilu-dari-masa-ke-masa.
Penulis : Rakhmat Nur Hakim
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Kisah Pertama Kali Emas Ditemukan di Papua dan Masuknya Freeport


null

Jakarta – Proses pengambilalihan saham PT Freeport Indonesia (PTFI) hingga 51% telah dimulai. Hal ini ditandai dengan penandatangan Head of Agreement (HoA) dalam rangka pengambilalihan saham PTFI kemarin.

Namun, patut diketahui adanya PTFI di Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Adanya PTFI tak lepas dari penemuan salah satu satu tambang terbesar di dunia tersebut. Bagaimana ceritanya?

Hal itu bermula dari kejengkelan Jean Jacques Dozy yang saat itu membaca berita dari sebuah surat kabar. Saat itu, Dozy sedang berada di markas Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM), Babo, Papua Barat, pertengahan 1936.

Hal yang membuat jengkel Dozy kala itu ialah berita jika Jepang ingin mendaki Puncak Cartensz di Papua Barat. Kejengkelan itu beralasan, jika orang Jepang menjadi yang pertama mencapai Puncak Cartensz, bisa dipastikan mereka akan memperluas wilayah jajahannya.

Dia bersama dua rekannya, AH Colijn dan Franz Wissel tak ingin hal itu sampai terjadi.

“Sehingga disepakati bahwa mereka sebagai orang Belanda harus menjadi orang pertama yang mendaki Gunung Cartensz,” kata Greg Poulgrain dalam buku karyanya ‘The Incubus of Intervention, Conflicting Indonesia Strategies of John F Kennedy and Allen Dulles’ seperti pernah dikutip detikcom, Rabu (5/9/2017).

Dozy bekerja di NNGPM sebagai kepala ahli geologi minyak dan bumi. Sementara, Colijn adalah manajer anak perusahaan Royal Ducth Shell yang dalam ekspedisi ke Puncak Cartensz ditetapkan sebagai pemimpin rombongan.

Lalu, Wissel merupakan pilot angkatan laut Belanda yang kemudian bekerja di Perusahaan Minyak Batavia atau Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Dia ditempatkan di Kalimantan untuk melakukan pemetaan udara. Sebelum ekspedisi, terlebih dahulu dilakukan survei udara. Jalur ekspedisi direncanakan dari pesawat.

“Suatu hari ketika kami mendapat pesawat udara amfibi tua jenis Sikorsky, kami melakukan penerbangan pengintaian dan melihat pegunungan, dan perlahan-lahan, satu per satu rencana mulai dikembangkan,” kata Dozy kepada Poulgrain pada 1982.

Pada 23 Oktober 1936, Colijn dan Dozy meninggalkan Babo dengan Kapal Albatros menuju Aika, wilayah terisolir yang menjadi gudang Timah. Sementara Wissel menerjunkan pasokan logistik di Aika dengan dibantu sejumlah kuli pengangkut barang.

Mereka bertiga kemudian mendaki Puncak Cartensz. Ada 38 orang dari Kalimantan yang menemani ketiganya. Namun hanya beberapa yang kuat bertahan karena memang medan yang terjal.

Di ketinggian 4.000 meter, ketiganya yakni Dozi, Colijn dan Wissel mencapai padang rumput sesuai dengan yang mereka lihat saat survei melalui udara.

“Di situlah Dozy menemukan singkapan pegunungan yang dinamai Erstberg,” tulis Poulgrain.

Kepada Poulgrain, Dozy mengatakan bahwa, tidak ada batu lain di Erstberg kecuali bijih. Dalam kondisi basah dan dingin di ketinggian itu, bau bijih bisa dirasakan hingga di seluruh pedesaan bahkan saat gunung belum terlihat.

Sekitar dua kilometer dari Erstberg, Dozy dan kawan-kawan menemukan Gerstberg yang kemudian digambarkan sebagai tempat penyimpanan emas terbesar di dunia. Pada 5 Desember 1936 mereka bertiga mencapai Puncak Cartensz.

Selanjutnya, mereka kembali di Babo tepat pada 25 Desember 1936. Hasil temuan Dozy, Colijn dan Wissel tersebut kemudian disusun dalam sebuah laporan yang disimpan di salah satu perpustakaan di Belanda. Petinggi pemerintah Belanda maupun elite perusahaan minyak kala itu menyimpan rapat-rapat temuan tersebut.

Hingga pada 1959 Direktur Eksplorasi Freeport Sulphur Company, Forbes Wilson bertemu dengan Jan Van Gruisen, Managing Director Oost Maatchappij, perusahaan Belanda yang mengeksploitasi batu bara di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara.

Setahun kemudian Freeport melakukan ekspedisi ke Cartensz dipimpin Forbes Wilson & Del Flint. Mereka menjelajah Ertsberg. Wilson menuangkan hasil survei tersebut dalam buku berjudul, ‘The Conquest of Cooper Mountain’.

Menurut Poulgrain pengakuan bahwa Freeport mendapatkan laporan Dozy soal emas Papua dari perpustakaan di Belanda tidak benar.

“Orang yang membuat Forbes Wilson tertarik dengan temuan Dozy ya keluarga dekat Dozy,” kata dia saat bedah bukunya tersebut di Kantor LIPI, jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (5/9/2017).

Tahun 1967 pemerintah Indonesia dan Freeport Sulphur, yang kini menjadi Freeport McMoran menandatangani kontrak karya pertambangan pertama. Freeport mendapat hak melakukan penambangan di Irian Barat.

Sumber : https://finance.detik.com/energi/d-4112890/kisah-pertama-kali-emas-ditemukan-di-papua-dan-masuknya-freeport